Blog yang berisi tentang, Rahasia Internet, Hacking, Puisi, Tips-Trik, Software dan lain-lain......

Share on :


Dua tahun yang lalu, aku pernah pacaran LDR (Long distance relationship) sama cewek yang mempunyai latarbelakang yang menurutku itu sangat jauh berbeda dengan aku. Dia yang notabennya cewek dari keluarga kelas menengah kebawah, yang ayahnya sebagai eksportir yang anti banget anaknya berpacaran dengan sama orang yang bukan sekelasnya. Sedangkan ibunya mempunyai sebuah butik pakaian yang besar yang sifatnya tidak jauh berbeda dengan sifat suaminya itu. Kebisaan hidup penuh kemewahan dan glamor adalah lingkup kehiduannya. Aku orangnya bisa dibilang sederhana dan tidak suka nonjolin kekayaan orang tuaku. Meskipun aku juga tidak begitu miskin dan orang tuaku sanggup membiayaiku sampai sekarang ini. Jadi dengan demikian penampilan sehari-hariku biasa saja serta tidak ada yang istimewa dariku. Pacaran yang kami jalani selama ini benar-benar ditentang oleh kedua orang tuannya. Karena alasan aku bukan dari keluarga yang menurut orang tuannya sekelas.
Kesempatan kami untuk jalan maupun pergi berdua sangatlah terbatas. Saat-saat liburan itu adalah kesempatan berharga bagi kami. Dengan kesempatan yang sedikit itu, kami mencoba untuk menggunakan waktu berdua sebaik-baiknya. Tawa, tangis, dan canda pun mengiringi hubungan kami. Kami bagikan kopi dan susu, yang akunya hitam, dekil dan masih hidup ini sama cewek yang anggun, cantik, putih dan santun. Kata yang masih teringat sampai saat ini adalah, “ Kalau jadi cowok jangan minder. Walaupun banyak orang bilang kamu gak pantes buat aku. Aku sayang sama kamu tulus”. Mungkin benar, cinta sejati itu tak memandang harta. Ini yang pernah ku rasakan waktu bersamanya. Betapa indahnya cinta sejati itu. Mungkin pula hanya sedikit sekali orang yang bisa merasakan perasaan yang sama denganku. Karenanya aku bersyukur sekali dapat merasakan perasaan seindah ini.

Suatu ketika, aku dapat undangan dari kantor kedubes Inggris untuk mengikuti seleksi penerimaan beasiswa ke Inggris untuk pelajar indonesia. Aku memberitahu cewek ku tentang hal ini dan dia sangat mendukung ku. Dengan modal support dari cewek ku. Akhirnya aku menerima tawaran seleksi beasiswa Inggris itu. Setelah beberapa hari mengikuti tahap-tahap seleksi yang musti aku selesaikan, tiba saatnya hari pengumuman hasil seleksi itu. Aku sangat deg-degkan waktu dibacakannya peserta yang lolos dari seleksi itu. Tak disangka namaku disebutkan oleh panitia dari kedubes itu. Kegembiraan yang tak bisa ku luapkan begitu mendengar diriku memperoleh full beasiswa kuliah ke Inggris. Disisi lain, aku juga sedih mendengarnya. Karena aku akan meninggalkan orang tuaku dan yang paling aku sedih adalah berpisah dengan cewek yang selama ini menerima ku apa adanya. Aku binggung mana pilihan terbaik bagiku untuk aku putuskan. Melihat kebimbangan itu, cewek ku menyarankan untuk mengambil beasiswa kuliah ke Inggris. Kata dia pendidikan adalah investasi masa depan yang harus aku capai. Namun aku tidak tega melihat dia mengatakan begitu dengan berlinangkan air mata kesedihan yang sangat nampak dimukanya itu. Sungguh dalam hati kecil ku tak tega melihat cucuran air mata yang menetes dipipi halusnya itu. Namun ia terus meminta aku untuk menerima beasiswa itu. Dia menjelaskan bahwa waktu 3 tahun itu cepat bila kita merasakannya dengan penuh keiklasan. Dengan bujuk rayu yang dia berikan padaku dan akhirnya kuputuskan sudah, aku menerima beasiswa ke Inggris itu. Waktu yang tersisa sebelum aku terbang ke Inggris tinggal seminggu lagi. Dengan waktu yang singkat itu aku berusaha untuk setiap hari bisa bertemu dengannya, walaupun selama itu pula orangtua cewek ku itu terus menghalang-halangi aku untuk bertemu dengan ceweku.

Hari berganti hari siang berganti malam dan waktu pun terus berjalan tanpa terasa tinggal 2 hari aku di Indonesia. Selama itu aku merasakan suatu perasaan yang entah apa itu yang selalu membayangi perasaan saat bersama dengan dia. Seperti ada pertanda atau firasat aneh yang mungkin besok akan terjadi pada hubunganku. Namun semua keresahaan itu aku hiraukan karena aku yakin hubungan ini akan baik-baik saja seperti selama ini, walaupun banyak halangan dan rintangan yang menghalangi, tetapi kami sanggup untuk melewatinya. Tak terasa 2 hari pun berlalu, besok adalah hari dimana aku terakhir menginjakan kakiku di Indonesia sebelum berada di Inggris untuk waktu 3 tahun.

Malam sebelum keberangkatanku semua barang-barang dan kelengkapan yang musti aku bawa telah dipacking dalam koper. Malam terakhir di Indonesia ku rasakan dengan penuh kenangan-kenangan yang ada didalamnya, meski aku tidak selamanya tinggal di Inggris. Namun bagiku waktu 3 tahun itu adalah waktu yang lama, dimana selama itu aku akan hidup sendiri dinegeri orang tanpa orangtua yang menyayangiku serta pacarku yang senantiasa mencintaiku apa adanya. Esok hari pun tiba, aku berangkat dari rumah dengan diantar orangtua yang membesarkanku dengan kasih sayang dan pacarku yang selalu mengisi hari-hariku penuh kebahagiaan, yang dia torehkan dengan senyum manis dan tutur kata lembut yang seakan membuatku terpesona dengan ucapannya.
Waktu keberangkatan pun tiba, pesawat tujuan London bersiap untuk take off. Aku bersalaman dengan orangtua dan berpamitan dengan ceweku, serta kuberanikan diri untuk pertama kali mencium keningnya untuk tanda kenangan-kenangan dariku. Dia pun tak kuasa menahan tangis kesedihan, begitu pun orangtuaku. Setelah berpamitan aku bejalan menuju gate 6 dimana pesawat tujuan London bersiap menungguku. Akupun masuk pesawat dengan melambaikan tanganku kepada orangtua dan pacarku yang masih saja meneteskan air mata dan melambaikan tangan kearahku. Aku berusaha kuat untuk tidak sedih agar mereka tidak ikut sedih melihat kepergianku ini. Walaupun didalam hati ini rasanya ingin menangis karena meninggalkan orang-orang yang sangat aku sayangi.

Pesawat telah melepaskan anjungan tangga penumpang dan bersiap untuk take off, aku pun segera mengenakan sabuk pengaman pada tempat duduk ku itu. Pesawat pun terbangkan meninggalkan bandara. Aku pun mencoba tenang dan memendam perasaan sedih yang masih ku rasakan. Setelah 5 jam didalam pesawat aku pun mulai bisa menenangkan pikiran. Pesawat pun berhenti dan transit di bandara Shanghai China untuk isi bahan bakar, setelah itu dilanjutkan terbang menuju London Inggris. Tak terasa 6 jam berlalu dari transit di China, akhirnya sampai di kota London yang terkenal denga GMTnya sebagai patokan waktu dunia. Aku langsung menuju bagian guess information dan aku diberi maps kota London, setelah itu aku menuju kota yang dekat dengan universitas yang direkomen oleh kedubes waktu itu dengan menaiki angkutan subway. Aku sangat kagum dengan kereta bawah tanah yang ada di Inggris. Selain cepat kereta ini juga sangat ontime. Hanya butuh waktu 15 menit untuk sampai dikota Greater London. Disitu aku mencoba menguji coba bahasa inggrisku yang saat tes TOFEL dan IELTS mendapatkan nilai yang lumayan bagus. Namun aku mulai merasa gugup dan binggung saat bertanya dengan penduduk sekitar. Mungkin benar ini yang dinamakan Logat Scottish, logat yang tidak hanya bisa dipahami dengan nilai TOFEL dan IELTS yang tinggi tetapi untuk bisa mengerti benar apa yang mereka bicarakan, harus sering berbicara dengan mereka untuk bisa menyeuaikan bahasanya, jadi nilai tinggi dalam tes itu saja tidak bisa langsung terpakai. Karenanya tidak satu pun kata-katanya yang aku pahami, meski dia menjawab dengan amat ramah.

Aku memulai kehidupan di Greater dengan mencoba mengurus sendiri semua persiapan studi. Izin tinggal di kepolisian, menguangkan traveller cheque, membuka rekening, membayar tuition fee, mencari tempat tinggal tetap, sekaligus menemui calon pembimbing. Sampai tiga minggu pertama, aku belum bertemu dengan orang Indonesia. Melalui teman dari Cairo, akhirnya saya dikenalkan pada seorang yang berasal dari Surabaya yang juga tengah study di Greater. Lewat teman itu, aku berkenalan dengan Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Greater dan mulai punya kawan orang Indonesia. Meski begitu, aku tidak tinggal satu rumah dan tidak banyak bergaul dengan mereka. Sebab aku takut bahasa Inggris ku gak lancar. Aku memilih tinggal dengan teman yang berasal dari Kanada dan Swiss. Lewat mereka, aku belajar aksen Scottish, mulai mengenal jalan-jalan tikus di Greater. Dengan full scholarship, aku tidak perlu pusing soal keuangan. Tugasku hanya belajar sebaik mungkin. Meski demikian, aku berusaha menabung agar bisa menghindari seminar-seminar demi kepentingan pribadi. Aku juga beruntung karena mudah bertemu dengan pembimbing utama. Mahasiswa lain mengaku sulit bertemu pembimbing, kalaupun bisa mungkin hanya setengah jam. Sementara itu, pembimbing utamaku amat sabar dan mau memberi kuliah megenai materi yang belum aku pahami. Kami bisa menghabiskan tiga jam setiap pertemuan yang berisi social culture dan discussion. Faktor itu yang membuat study ku berjalan lancar.

Tidak terasa aku telah berada di Greater London selama kurang lebih dua setengah tahun dan akan segera menyelesaikan skripsi. Waktu selama itu benar-benar aku gunakan untuk belajar. Tidak banyak waktu untuk bergaul dengan teman-teman sesama mahasiswa disana. Aku tidak sabar untuk segera pulang Indonesia dan bertemu dengan orangtua serta pacarku yang sampai sekarang menunggu kepulanganku. Di waktu yang lain ku gunakan untuk berkomunikasi dengan orangtua dan pacarku. Mereka aku kabari bila sebentar lagi aku akan segera menyelesaikan studyku. Mereka sangat senang mendengar berita itu, dan tak sabar ingin bertemu denganku. Keberuntungan lain datang saat aku dinyatakan lulus dengan koreksi amat minor dan dinyatakan qualified untuk menjadi seorang sarjana S1. Tiga tahun kurang aku menjalani kehidupan seperti ini, thanks God, you’ve launched everything. Kini waktunya aku berwisuda dan menerima selempang kelulusanku dari rektor.
Jadi waktu kepulanganku pun tiba, aku memberitahukan kepada orangtua dan kekasihku.

Mereka sangat gembira menanti kedatanganku di Indonesia. Setelah mengurus dokumen-dokumen penting untuk proses kepulanganku, aku mempacking barang-barang pribadiku, dan setelah semuannya tercukupi, aku berpamitan dengan teman-teman yang selama ini baik padaku. Mereka belum akan pulang ke negaranya, karena mereka akan meneruskan study ke jenjang research student. Hari kepulanganku semakin dekat, aku pun menunggu hari itu dengan tidak sabar. Hari yang selama ini aku tunggu-tunggu telah tiba. Aku pun berangkat dari kota Greater London menuju Heathrow Int’l Airport dan menunggu pesawat tujuan singapura, karena untuk pesawat tujuan langsung ke Indonesia tidak ada.
Pesawat yang aku tunggu akhirnya tiba, aku pun segera naik ke pesawat itu dan pesawat itu pun take off, Good bye England. Waktu transit di Singapura kira-kira memakan waktu sekitar 8 jam. Selama dipesawat kuhabiskan waktuku untuk istirahat sambil mengingat-ingat saat aku berada di Inggris. Tak terasa delapan jam berlalu. Aku pun pindah pesawat yang akan ke Indonesia. Waktu tempuh Singapura ke Indoensia kurang lebih satu jam setengah. Akhirnya aku tiba di Indonesia. Aku segera menghubungi pacarku, karena aku tahu pasti orangtuaku sangat repot bila akan menjemputku. Jadi pacarku segera menuju bandara untuk menjemputku. Aku menunggu pacarku itu dengan perasaan sangat senang. Namun, beberapa saat aku menunggu dia. Tetapi belum juga aku melihat dia sampai bandara, aku menelpon Hpnya namun tidak ada jawaban. Tiba-tiba sebelum aku memutuskan untuk pulang kerumah sendiri, ada telepon dari kakaknya yang ngasih kabar pacarku kecelakaan dan meninggal ditempat. Aku binggung mau gimana, aku sedih dan aku langsung menuju TKP untuk membuktikan kebenaran info itu. Ternyata info itu benar dan aku menangis melihat jenasah pacarku yang sangat aku sayangi itu terbujur kaku.

Aku pun tak kuasa menahan kesedihan yang ada pada diriku karena aku merasa sebagai orang yang sangat bersalah telah meminta dia menjemputku dibandara. Setelah itu aku pingsan dan tak sadarkan diri. Sampai-sampai aku jatuh sakit, aku bener tidak punya alasan buat hidup lagi. Saat kadar hemoglobinku sudah mencapai 40, saat itu aku langsung dipindah ke ruang ICU. Aku bermimpi roh pacarku datang dan menangis melihat diriku. Aku mulai sadar, aku harus hidup. Ada orang tua yang masih sayang padaku serta teman-temanku yang selalu mensupportku. Akhirnya kau bangkit dan setelah aku koma selama dua minggu aku pun sadar bahwa hidupku ini belum berakhir. Setelah satu minggu divonis sembuh oleh dokter. Segera aku pergi ke makam pacarku bersama kakakya. Dialah satu-satunya keluarga yang mendukung hubungan kami. Aku hanya bisa menatap kosong dan meneteskan air mata diatas kuburannya. Sampai beberapa tahun ini aku sudah menjalin hubungan cinta dengan cewek lain, namun bayang-bayang wajahnya seperti masih ada dan hidup didalam pikiranku. Sampai saat ini aku bingung cara memendam kenangan darinya.

Mulai aku sadari bahwa cinta sejati tak harus memiliki dan cinta sejati akan selalu terkenang sampai kapan pun. Walaupun orang yang kita cinta sudah tidak ada, namun dia akan tetap hidup pada jiwa yang selalu menyayangi dan mengasihinya. Oleh itu cinta ini akan ku bawa sampai kapanpun didiri dan pikiranku ini serta menjadikannya untuk melangkah maju.

0 komentar on :

Post a Comment and Don't Spam!